Terkadang kita berdo’a meminta yang terbaik, namun saat yang terbaik datang. Ego kita berkata “Rasanya aku masih bisa mendapatkan yang lebih baik dari ini” Hingga pada akhirnya, takdir menyadarkan kita dengan sebuah kekosongan.
Arsip Penulis: Dayu paschal
Hargai
Terkadang kita berdo’a meminta yang terbaik, namun saat yang terbaik datang. Ego kita berkata “Rasanya aku masih bisa mendapatkan yang lebih baik dari ini” Hingga pada akhirnya, takdir menyadarkan kita dengan sebuah kekosongan.
Terkadang harapan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, dari sini lah kita harus belajar menerima keadaan, tanpa membenci kenyataan.
Senja dan Hujan
Seperti Januari yang selalu saya nantikan
Seperti Desember yang selalu kamu rindukan
Seperti langit senja dan kopi yang selalu menemani saya dikala sore
Seperti matcha latte yang selalu jadi favorit kamu dikala hujan pagi
Jarak kita cukup jauh, seperti jarak Januari menuju Desember
Rasa kita sangat berbeda, seperti rasa kopi dan matcha latte
Waktu kita tidak dekat, seperti waktu senja menemui pagi
Bagaimana bisa kita tak berjarak,
Jika saya masih dengan Januariku dan kamu dengan Desembermu?
Bagaimana bisa kita sama rasa,
Jika saya masih dengan rasa kopi yang pahit dan kamu masih merindu rasa matcha latte yang hambar?
Bagaimana bisa kita sewaktu,
Jika saya masih menatap langit senjaku dan kamu merenungi hujan pagimu?
USIA
Usia 18 19 20
Adalah usia dimana pergulatan batin dimulai.
Mulai dari masa depan yang rasanya makin abu-abu, ketidakpercayaan diri semakin membelenggu dan keterpurukan yang singgah sewaktu-waktu.
Kesepian walau berada ditempat ramai kian terasa, perasaan aneh yang sering terasa seakan mengontrol diri. Sebenarnya apa yang hendak hati sampaikan? Perasaan apa itu?
Ya, perasaan khawatir. Khawatir akan hari esok yang harus tetap berlanjut, Khawatir atas apa yang akan menyambut didepan. Entah kegagalan dan putus asa, atau kegagalan dan terus maju.
Asa dan harapan orang-orang terkasih kian mencekik. “Tolong, saya tidak seperti yang kalian harapkan”.
Harapan yang seharusnya memotivasi untuk setiap langkah yang saya ambil, Seakan memberatkan hati yang takut “tidak seperti yang diharapkan”.
“SENI MENYAKITI DIRI SENDIRI”
MENCINTAI ADALAH SENI MENYAKITI DIRI SENDIRI.
Menjadi dewasa ketika masih kecil adalah sebuah impian. Tetapi kembali kecil ketika sudah dewasa adalah keinginan setiap orang.
Percayalah, menjadi dewasa itu tidaklah seindah yang di impikan ketika waktu kecil. Pepatah mengatakan” mak, kini anakmu sudah dewasa. Lukanya bukan lagi di kaki tapi di hati “suatu keadaan yang tidak bisa dipungkiri. Ketika sudah dewasa mungkin kita lebih hati-hati dalam melangkah tapi tak jarang masih tetap terluka karena cinta.
Menjadi manusia 18+ jangan kira tidak butuh tenaga ekstra. Harus tahan banting dari segala macam bentuk cuaca, cinta, luka dan segala macam tentang asmara. Jangan tanyakan perihal luka, ” Cinta ” adalah sarangnya.
Masih kebayang tidak bedanya, ketika masih kecil kita mungkin pernah punya rasa suka terhadap seseorang walaupun cinta monyet adalah kedoknya. Tapi setidaknya, tidak sesakit “mencinta” ketika raga telah dewasa. Kecewanya, sakitnya, rindunya terlihat lebih nyata walaupun kadang-kadang dalam fase online prosesnya.
Aku kembali mengenang perasaan lama, menghadirkan kembali semua luka dengan resiko menanggung semuanya. Mencintai orang – orang baru sebenarnya bukan inginku, hanya saja aku tidak bisa jika terus terpuruk oleh keadaan semu. Cinta mungkin adalah definisi dari patah, seperti patahnya ranting, mati sesaat lalu tumbuh kemudian kembali patah, entah karena angin ataupun karena tangan-tangan yang datang dengan dalih membawa cinta. Percayalah, bukan hal mudah mengisi kekosongan hati, ku rasa lebih baik untuk sendiri ketika kecewa itu belum pulih. Karena mengisinya dengan cinta lain sebagai dari bentuk pelampiasan adalah seburuk-buruknya pembalasan yang diberikan kepada seseorang.
Tapi semenjak aku mengenalmu, orang baru yang hadir disisiku, aku tak lagi mengenal sepi itu, walaupun rasa kita masih ambigu.
Aku tak yakin kamu mencintaiku dengan sepenuh hatimu, tapi aku begitu yakin bahwa aku begitu mencintaimu, dan aku yakin suatu saat kamu akan mencintaiku seperti aku mencintaimu. Jangan anggap rasaku sebuah pelampiasan, karena mencintaimu aku tak pernah punya alasan karena rasa sayang, cinta, tidak bisa dijelaskan lewat kata hanya bisa dimengerti oleh sebuah rasa.
Maaf jika mencintaimu aku tidak membawa apa-apa, hanya membawa hati dan kesetiaan saja, terima kasih untukmu karena telah hadir dalam hidupku.