MENCINTAI ADALAH SENI MENYAKITI DIRI SENDIRI.
Menjadi dewasa ketika masih kecil adalah sebuah impian. Tetapi kembali kecil ketika sudah dewasa adalah keinginan setiap orang.
Percayalah, menjadi dewasa itu tidaklah seindah yang di impikan ketika waktu kecil. Pepatah mengatakan” mak, kini anakmu sudah dewasa. Lukanya bukan lagi di kaki tapi di hati “suatu keadaan yang tidak bisa dipungkiri. Ketika sudah dewasa mungkin kita lebih hati-hati dalam melangkah tapi tak jarang masih tetap terluka karena cinta.
Menjadi manusia 18+ jangan kira tidak butuh tenaga ekstra. Harus tahan banting dari segala macam bentuk cuaca, cinta, luka dan segala macam tentang asmara. Jangan tanyakan perihal luka, ” Cinta ” adalah sarangnya.
Masih kebayang tidak bedanya, ketika masih kecil kita mungkin pernah punya rasa suka terhadap seseorang walaupun cinta monyet adalah kedoknya. Tapi setidaknya, tidak sesakit “mencinta” ketika raga telah dewasa. Kecewanya, sakitnya, rindunya terlihat lebih nyata walaupun kadang-kadang dalam fase online prosesnya.
Aku kembali mengenang perasaan lama, menghadirkan kembali semua luka dengan resiko menanggung semuanya. Mencintai orang – orang baru sebenarnya bukan inginku, hanya saja aku tidak bisa jika terus terpuruk oleh keadaan semu. Cinta mungkin adalah definisi dari patah, seperti patahnya ranting, mati sesaat lalu tumbuh kemudian kembali patah, entah karena angin ataupun karena tangan-tangan yang datang dengan dalih membawa cinta. Percayalah, bukan hal mudah mengisi kekosongan hati, ku rasa lebih baik untuk sendiri ketika kecewa itu belum pulih. Karena mengisinya dengan cinta lain sebagai dari bentuk pelampiasan adalah seburuk-buruknya pembalasan yang diberikan kepada seseorang.
Tapi semenjak aku mengenalmu, orang baru yang hadir disisiku, aku tak lagi mengenal sepi itu, walaupun rasa kita masih ambigu.
Aku tak yakin kamu mencintaiku dengan sepenuh hatimu, tapi aku begitu yakin bahwa aku begitu mencintaimu, dan aku yakin suatu saat kamu akan mencintaiku seperti aku mencintaimu. Jangan anggap rasaku sebuah pelampiasan, karena mencintaimu aku tak pernah punya alasan karena rasa sayang, cinta, tidak bisa dijelaskan lewat kata hanya bisa dimengerti oleh sebuah rasa.
Maaf jika mencintaimu aku tidak membawa apa-apa, hanya membawa hati dan kesetiaan saja, terima kasih untukmu karena telah hadir dalam hidupku.